tag:blogger.com,1999:blog-80130120560048251242024-03-19T03:33:46.091-07:00SMASA BANJARMASINSMAN 1 BJMhttp://www.blogger.com/profile/08491573175672854321noreply@blogger.comBlogger5125tag:blogger.com,1999:blog-8013012056004825124.post-53637076756211670332010-02-27T22:56:00.000-08:002010-03-02T18:47:39.609-08:00Madihin<span lang="EN-US"><st1:city st="on">Ada</st1:city> yang berpendapat bahwa <b style=""><i style="">madihi</i></b><i style="">n</i> berasal dari kata <b style=""><i style="">madah</i></b>, yaitu sejenis puisi lama dalam sastra <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Madah merupakan<span style=""> </span>syair yang mempunyai rima yang sama<span style=""> </span>pada suku akhir kalimat. Madah mengandung puji - pujian, nasehat atau petuah. Tetapi dalam perkembangannya humor atau<b style=""><i style=""> lulucuan</i></b>, sindiran yang sehat, tak ketinggalan disuguhkan oleh <b style=""><i style="">Pamadihinan ( orang yang membawakan madihin )</i></b> sebagai bumbu. </span> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span>Kehidupan Madihin seperti juga balamut, <span style="font-weight: bold;">Sastra Banjar</span> yang hampir tipis, bahkan mengalami kerisis kemusnahannya. Sastra Banjar Madihin jarang ditampilkan dalam acara – acara hiburan hari – hari besar atau acara perayaan daerah misalnya pada hari jadi <st1:place st="on"><st1:city st="on">kota</st1:city></st1:place>, kabupaten atau pun pada hari jadi provinsi. Setelah di tahun 1970 – an tak pernah ada lagi perlombaan atau pertandingan Madihin.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span>Jarang atau dapat dihitung dengan jari<span style=""> </span>orang yang berminat menjadi Pamadihinan. Agar menjadi Pamadihinan yang mengarah kepada pemain profisional,<span style=""> </span>ia harus memiliki keterampilan dalam bamadihin. Keterampilan itu antara lain : Menguasai lagu khas madihin, terampil memukul tarbang dengan irama sebagai pukulan pembuka atau membunga, pukulan memecah bunga, pukulan menyampaikan isi pesan, dan pukulan penutup. Seorang Pamadihinan juga harus mempunyai suara atau vokal yang lantang dan merdu. Disamping hapal naskah<span style=""> </span>syair, ia juga terampil berimpropisasi yaitu secara spontan menciptakan syair tanpa dipersiapkan terlebih dahulu. Memang seorang pamadihinan perlu<span style=""> </span>latihan yang terus – menerus agar dapat menjadi Pamadihinan yang profisional.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span>Banyak pendapat mengenai asal mula <span style="font-weight: bold;">Sastra Banjar Madihin.</span> <st1:place st="on"><st1:city st="on">Ada</st1:city></st1:place> yang mengatakan berasal dari Kecamatan Angkinan yaitu di kampung Tawia, Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan. Pendapat ini berpijak pada bahwa Pamadihinan banyak tersebar di pelosok Kalimantan Selatan berasal dari kampung Tawia bernama <b style="">Dulah Nyangnyang.<o:p></o:p></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><span lang="EN-US"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span>Ada juga yang berpendapat<span style=""> <span style="font-weight: bold;">Sastra Banjar </span></span><span style="font-weight: bold;">Madihin </span>berasal dari Kecamatan Paringin, Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan, sebab dahulu Dulah Nyanyang lama bermukim di ingin dan mengembangkan madihin di sana.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span>Tetapi ada juga yang berpendapat <span style="font-weight: bold;">Sastra Banjar Madihin </span>berasal dari utara Kalimantan yang berbatasan dengan negara <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Malaysia</st1:country-region></st1:place> ( Malaka ), sebab madihin banyak dipengaruhi oleh syair melayu dan gendang tradisional semenanjung Malaka. Tarbang ( gendang ) yang dipakai bamadihin ada persamaan dengan gendang yang dipakai oleh orang – orang Malaka dalam mengiringi<span style=""> </span>syair atau pantun melayu.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span>Apa pun pendapat ini. Namun yang jelas bahwa madihin menggunakan bahasa Banjar, Pamadihinannya etnik Banjar. Madihin adalah kesenian tradisional Banjar yang khas Banjar yang tidak ada pada etnik lain di Nusantara. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Madihin sudah ada diperkirakan tahun 1800 yaitu setelah Islam masuk dan berkembang di <st1:place st="on">Kalimantan</st1:place>. Lahirnya madihin banyak dipengaruhi oleh kesenian Islam yaitu kasidah dan syair – syair bercerita yang dibaca oleh masyarakat Banjar.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span>Madihin pada umumnya dipergelarkan pada malam hari, tetapi sekarang pada siang hari. Durasi pagelaran sekitar 1 sampai 2 jam sesuai permintaan penyelenggara. Pagelaran madihin umumnya di lapangan terbuka yang dapat menampung penonton yang banyak. Panggung yang diperlukan ukuran 4 x3 meter. <st1:place st="on"><st1:city st="on">Ada</st1:city></st1:place> juga di halaman rumah, di muka kantor atau balai. Sekarang sering pula dipergelarkan di dalam gedung.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span>Membawakan madihin ada yang hanya satu Pamadihinan yakni pemain tunggal.Pemain tunggal ini membawakan syair dan pantunnya harus pandai membawa timber atau warna suara yang agak berbeda seperti orator. Ia harus pandai menarik perhatian penonton dengan humor segar tetapi sesuai dengan batas etika. Ia harus benar – benar sanggup dengan memukau dengan irama dinamis pukulan terbangnya.<span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span>Tetapi umumnya dibawakan 2 Pamadihinan, malah sampai 4 Pamadihinan. Jika 2 Pamadihinan<span style=""> </span>berduet maka pemain ini biasanya beradu atau saling bertanyajawab, saling sindir, saling kalah mengalahkan melalui syair yang dibawakan. Aturannya adalah Pamadihinan yang satu membuka hadiyan, kemudian disambut oleh Pamadihinan yang kedua, dan seterusnya saling bersahuta. Andaikan ada 4 Pamadihinan maka terbagi dua kelompok, masing – masing 2 Pamadihinan., penampilannya seperti halnya yang dua Pamadihinan, tapi kelompok yang satu bisa membantu anggota kelompoknya melawan kelompok yang dihadapinya. Biasanya kelompok ini <b style="">berpasangan pria dan wanita</b> yaitu <b style=""><i style="">duel meet</i></b>. Duel meet ini merupakan beradu <b style=""><i style="">kaharata</i></b>n ( kehebatan ). Dalam duel ini, <b style="">kelompok 1</b> memberi umpan dengan syair tertentu. <b style="">Kelompok 2</b> harus dapat mengulangi atau menjawab, selanjutnya harus memberi umpan balik, yang harus diulang oleh kelompok I. Mereka saling bertanya jawab, saling menyindir, saling kalah mengalahkan. Demikian seterusnya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span><st1:place st="on"><st1:city st="on">Ada</st1:city></st1:place> pun kelompok yang kalah apabila tidak bisa atau tidak dapat mengulang atau menjawab kelompok lawannya. <b style="">Kelompok yang kalah akan mengangkat bendera putih.<o:p></o:p></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span>Pamadihinan duduk di kursi dengan memakai baju Banjar yaitu taluk balanga dan memakai kopiah serta sarung. Tetapi sekarang sudah berpakaian bebas dan sopan, kecuali pada acara – acara penting, misalnya menghibur tamu pejabat atau menghibur acara pisah sambur pejabat, dan lain – lain.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span>Madihin umumnya berfungsi :</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">1. Dahulunya menghibur raja atau pejabat istana. Syair yang dibawakan bersifat pujian.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">2. Sebagai hiburan masyarakat acara tertentu, misalnya hiburan habis panen,<span style=""> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span>memeriahkan pengantin, peringatan hari besar nasional dan daerah.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">3. Sebagai nadar atau hajat misalnya bagi orang tua yang anaknya baru sembuh dari sakit,<span style=""> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span><span style=""> </span>upacara <b style=""><i style="">meayun</i></b> anak yaitu upacara daur hidup etnik Banjar dan juga pada acara<span style=""> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span><b style=""><i style="">sunatan</i></b> ( kitanan ).</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">4. Sebagai media informasi, penyampaian pesan pembangunan yang dilakukan oleh<span style=""> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span>pemerintah misalnya keluarga berencana, Pertanian, pendidikan, kesehatan,<span style=""> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span>pemeliharaan nilai dan<span style=""> </span>moral, wahana memperkokoh persatuan kesatuan , dan lain–<span style=""> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span>lain. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Struktur pergelaran sudah <st1:place st="on"><st1:city st="on">baku</st1:city></st1:place>, yaitu terdiri atas :</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">1<b style=""><span style="color: blue;">. </span><span style="color: teal;">Pembukaan,</span></b> yaitu melagukan sampiran sebuah pantun yang diawali dengan pukulan<b style=""><i style=""> tarbang</i></b> yang disebur pukulan pembuka. Pembuka ini merupakan informasi tema yang akan dibawakan.<span style="color: teal;"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span>Contoh :</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: rgb(153, 51, 0);" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: maroon;" lang="EN-US">Ilahi …..<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: maroon;" lang="EN-US">lah riang … lah riangt riut<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: maroon;" lang="EN-US">punduk …. Di hutan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: maroon;" lang="EN-US">riang riut punduk di hutan …<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: maroon;" lang="EN-US">kaguguran ….<span style=""> </span><o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: maroon;" lang="EN-US">kaguguran buah timbatu …. <o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: maroon;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">2. <b style=""><span style="color: teal;">Batabi</span></b><span style="color: teal;">, </span>yaitu syairnya atau pantun yang isinya penghormatan pada penonton, pengantar, ucapan terima kasih, dan permohonan maaf dan ampun jika ada terdapat kesasahan atau kekeliruan dalam pergelaran.<span style="color: teal;"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Contoh :</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: purple;" lang="EN-US">maaf ampun hadirin barataan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: purple;" lang="EN-US">baik nang di kiri atawa di kanan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: purple;" lang="EN-US">baik di balakang atawa di hadapan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: purple;" lang="EN-US">baik lai – laki atawa parampuan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: purple;" lang="EN-US">baik urang tuha atawa kakanakan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: purple;" lang="EN-US">baik nang badiri atawa nang dudukab<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: purple;" lang="EN-US">ulun madihin sahibar bacucubaan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: purple;" lang="EN-US">tarima kasih ulun sampaiakan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: purple;" lang="EN-US">kapada panitia mambari kasampatan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: purple;" lang="EN-US">kalu tasalah harap dimaafakan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: purple;" lang="EN-US">tapi kalu rami baampik barataan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: purple;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">3. <b style=""><span style="color: teal;">Mamacah bunga , </span></b>yaitu menyampaikan syair atau pantun sesuai dengan isi tema yang dibawakan. <b style=""><span style="color: teal;"><o:p></o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Contoh :</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US">baampik …. barataan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US">babulik kaawal papantunan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US">handak dipacahy makna sasampiran<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US">supaya panuntun nyaman mandangarakan <o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US">riang riut punduk di hutan <o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US">kaguguran kanapa buah timbatu<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US">irang irut muntung kuitan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US">mamadahi kaina anak minantu<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US">minantu mayah ini lain banar bahari<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US">guring malandau lacit katangah hari<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US">kada bamasak sabigi nasi<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US">dipadahi mintuha kada maasi<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US">kalu malam tulak pamainan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US">padahal pamainan dilarang tuhan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US">urang macamitu bungul babanaran<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US">bisa – bisa mati karabahan jambatan<span style=""> </span><o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: fuchsia;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">4. <b style=""><span style="color: teal;">Penutup, </span></b>yaitu kesimpulan dari apa yang baru disampaikan, sambil menghormati penonton, dan mohon famit, serta ditutup dengan berupa pantun – pantun.<b style=""><span style="color: teal;"><o:p></o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US">Contoh :</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: blue;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US">tarima kasih ulun sampaiakan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US">kadapa hadirin sabarataan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US">mudahan sampian kalu ingat kaganangan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US">kapada diri ulun pamadihinan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US">ulun madihin sahibar mamadahakan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US">handak manurut tasarah pian barataan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US">sampai di sini dahulu sakian<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US">mohon pamit ulun handak batahan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US">rama – rama batali banang<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US">kutaliakan ka puhun kupang<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US">sama – sama kita mangganang<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US">mudahan kita batamuan pulang<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US">ilahi ….<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US">sadang bataha, sadang barhanti …<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="color: blue;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 204, 255);" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="color: red;" lang="EN-US"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US"><span style=""> </span>Diharapkan kepada semua pihak yang terkait terutama lembaga kesenian seperti Dewan Kesenian, Pariwisata, atau lembaga pendidikan lainnya agar peduli kepada keberadaan madihin yang semakin langka.<span style=""> </span>Semoga <span style="font-weight: bold;">Sastra Banjar</span> yang dimasukkan ke dalam mata pelajaran muatan lokal di sekolah – sekolah menjadikan siswa minimal mengetahui kekayaan khasanak senibudaya daerahnya dan begitu indahnya kesenian daerah yang tak kalah dengan kesenian modern lainnya dalam zaman globalisasi ini. Semoga.</span></p>SMAN 1 BJMhttp://www.blogger.com/profile/08491573175672854321noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8013012056004825124.post-75447125364860567822010-02-27T22:53:00.000-08:002010-03-02T18:48:33.289-08:00Tari Baksa Kembangari Baksa Kembang termasuk jenis tari klasik, yang hidup dan berkembang di keraton Banjar, yang ditarikan oleh putri-putri keraton. Lambat laun tarian ini menyebar ke rakyat Banjar dengan penarinya galuh-galuh Banjar. Tarian ini dipertunjukkan untuk menghibur keluarga keraton dan menyambut tamu agung seperti raja atau pangeran . Setelah tarian ini memasyarakat di Tanah Banjar, berfungsi untuk menyambut tamu pejabat-pejabat negara dalam perayaan hari-hari besar daerah atau nasional. Disamping itu pula tarian Baksa Kembang dipertunjukkan pada perayaan pengantin Banjar atau hajatan misalnya tuan rumah mengadakan selamatan. Tarian ini memakai hand propertis sepasang kembang Bogam yaitu rangkaian kembang mawar, melati, kantil dan kenanga. Kembang bogan ini akan dihadiahkan kepada tamu pejabat dan isteri, setelah taraian ini selesai ditarikan. Sebagai gambaran ringkas, tarian ini menggambarkan putri-putri remaja yang cantik sedang bermain-main di taman bunga. Mereka memetik beberapa bunga kemudian dirangkai menjadi kembang bogam kemudian kembang bogam ini mereka bawa bergembira ria sambil menari dengan gemulai. Tari Baksa Kembang memakai Mahkota bernama Gajah Gemuling yang ditatah oleh kembang goyang, sepasang kembang bogam ukuran kecil yang diletakkan pada mahkota dan seuntai anyaman dari daun kelapa muda bernama halilipan. Tari Baksa Kembang biasanya ditarikan oleh sejumlah hitungan ganjil misalnya satu orang, tiga orang, lima orang dan seterusnya. Dan tarian ini diiringi seperangkat tetabuhan atau gamelan dengan irama lagu yang sudah baku yaitu lagu Ayakan dan Janklong atau Kambang Muni. Tarian Baksa Kembang ini di dalam masyarakat Banjar ada beberapa versi , ini terjadi setiap keturunan mempunya gaya tersendiri namun masih satu ciri khas sebagai tarian Baksa Kembang, seperti Lagureh, Tapung Tali, Kijik, Jumanang. Pada tahun 1990-an, Taman Budaya Kalimantan Selatan berinisiaf mengumpul pelatih-pelatih tari Baksa Kembang dari segala versi untuk menjadikan satu Tari Baksa Kembang yang baku. Setelah ada kesepakatan, maka diadakanlah workshoup Tari Baksa Kembanag dengan pesertanya perwakilan dari daerah Kabupaten dan Kota se Kalimantan Selatan. Walau pun masih ada yang menarikan Tari Baksa Kembang versi yang ada namun hanya berkisar pada keluarga atau lokal, tetapi dalam lomba, festival atau misi kesenian keluar dari Kalimantan Selatan harus menarikan tarian yang sudah dibakukan.******<br /><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYTvxOXhuEMITcD2F8raONWpOwANjxDN5xuFkIaypWIuTWf8tJFnsUBI_H0mJLfaeGJh96A8UBn2e6kjJfqeGnem-7O5JUtvHirxaTDddQCIibtsHQKWWRzuKblX80y5unUhBr-Z30XoA/s1600-h/lagoreh.bmp.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYTvxOXhuEMITcD2F8raONWpOwANjxDN5xuFkIaypWIuTWf8tJFnsUBI_H0mJLfaeGJh96A8UBn2e6kjJfqeGnem-7O5JUtvHirxaTDddQCIibtsHQKWWRzuKblX80y5unUhBr-Z30XoA/s320/lagoreh.bmp.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5202499001545474002" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTY5Yih-IWN9W70DKIoFvIUlUdScJLFYXLfOsnCAvKr75iJ8YDlAK16VJskjgtZgl9f9_KQSvOx-q6pnMWUAQ-0aID1LUsH0KoJoQtUuTCkUAI8UvBALoQPTb5XCkUCcS1vuNSz1PpHBM/s1600-h/kijik+memainkan+bung.bmp.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTY5Yih-IWN9W70DKIoFvIUlUdScJLFYXLfOsnCAvKr75iJ8YDlAK16VJskjgtZgl9f9_KQSvOx-q6pnMWUAQ-0aID1LUsH0KoJoQtUuTCkUAI8UvBALoQPTb5XCkUCcS1vuNSz1PpHBM/s320/kijik+memainkan+bung.bmp.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5202498600613861762" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkBUUzveXIpt2AnwS91Qtv6SCkjUbJfTjNP54WHpSt-CeM9yKPHqJcEA4vRiVNDXSUMKwi4s218iULVX_sy-AvS5REYbc67n3zMbdnPN60QfZ28OaQLtFQzxJCX63m4trS8Rp9SAVYgwg/s1600-h/geser+kiri+kanan.bmp.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkBUUzveXIpt2AnwS91Qtv6SCkjUbJfTjNP54WHpSt-CeM9yKPHqJcEA4vRiVNDXSUMKwi4s218iULVX_sy-AvS5REYbc67n3zMbdnPN60QfZ28OaQLtFQzxJCX63m4trS8Rp9SAVYgwg/s320/geser+kiri+kanan.bmp.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5202498082773296642" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgjulBigWp0bw73lBAAIKp1nOV-IZJH__GlacHoeWFSZv66qefeNwumWIBoMCFU9uLejWFUUE0-kHflOv5-KihdHJ6FONGnCEZqwC88tmc0fPw5UnPjfGwDZr43xR3hZ5kdxr0kRmssl4/s1600-h/bintang+alih.bmp.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgjulBigWp0bw73lBAAIKp1nOV-IZJH__GlacHoeWFSZv66qefeNwumWIBoMCFU9uLejWFUUE0-kHflOv5-KihdHJ6FONGnCEZqwC88tmc0fPw5UnPjfGwDZr43xR3hZ5kdxr0kRmssl4/s320/bintang+alih.bmp.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5202497739071013218" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUatRn7R0lPLgnRlZlYRWVhbEpEpiWK_LDf_zsGqqtgT36JvDc8jZS85NDcsgWByoLIwlEY9pFoFDf36nJieydD4CpcKVsbqtgtZFWH8ODS_UwWy6Z30ISoYrUAWICmF9LQ3L-tC9Kjr8/s1600-h/Baksa+Kemabang,duduk+sembah.bmp.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUatRn7R0lPLgnRlZlYRWVhbEpEpiWK_LDf_zsGqqtgT36JvDc8jZS85NDcsgWByoLIwlEY9pFoFDf36nJieydD4CpcKVsbqtgtZFWH8ODS_UwWy6Z30ISoYrUAWICmF9LQ3L-tC9Kjr8/s320/Baksa+Kemabang,duduk+sembah.bmp.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5202497462065358034" border="0" /></a>SMAN 1 BJMhttp://www.blogger.com/profile/08491573175672854321noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8013012056004825124.post-68610230175178383162010-02-27T22:50:00.000-08:002010-03-02T18:50:23.819-08:00Sekilas Wayang Gung<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Diperkirakan munculnya kesenian Wayang Gung di Tanah Banjar pada<span style=""> </span>abad ke XVIII atau sekitar tahun 1760 M. Raja Banjar mempunyai hubungan erat dengan raja – raja di Pulau Jawa terutama Demak dan Mataram, sekitar abad ke XV. Hubungan inilah<span style=""> </span>kesenian dan kebudayaan Jawa masuk ke Kalimantan. Kesenian ini antara lain adalah Wayang<span style=""> </span>Orang.<o:p></o:p> Wayang Orang ( Wayang Wong – Jawa ) sangat berkenan di hati suku – suku Kalimantan<span style=""> </span>khususnya masyarakat Banjar.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Bermula, kesenian wayang<span style=""> </span>hidup hanya di Keraton Banjar saja, namun lama kelamaan wayang ini menyebar ke luar keraton yaitu ke masyarakat Banjar secara meluas. Menyebarnya Wayang Orang ini karena masyarakat Banjar<span style=""> </span>memandang Wayang sebagai lambang hidup dan kehidupan manusia. Wayang mempunyai unsur – unsur filosofis hidup dan kehidupan, memiliki bahasa simbol yang<span style=""> </span>bersifat kerohanian. Apalagi<span style=""> </span>Wayang Purwa yang berkembang itu adalah memiliki mitos Sunan Kalijaga yang bermuatan ajaran filsafat Islam. Masyarakat Banjar umumnya<span style=""> </span>masyarakat Melayu Banjar yang beragama Islam tak heran<span style=""> </span>kesenian Wayang cepat berkembang di masyakarat Banjar ini.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Wayang Orang yang dikenal dalam masyarakat Banjar adalah Wayang Gung. Wayang Gung merupakan kreativitas kreator “ Dalang<span style=""> </span>Banjar “ dari adaptasi Wayang Wong. Wayang Gung pada akhirnya <span style=""> </span>mempunyai ciri khas<span style=""> </span>atau versi Banjar, dari segi teknik garapan ,<span style=""> </span>gamelan, kostum, propertis, gerak<span style=""> </span>igal ( tari ), bahasa pengantar dan struktur pergelaran, walapun masih ada idiom – idiom<span style=""> </span>dari Wayang Wong ( Jawa ).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style="color: rgb(153, 0, 0);">Wayang Gung mempunyai lima fungsi yaitu :</span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Pertama</span>, <span style=""> </span>sebagai hiburan. Wayang Gung<span style=""> </span>dipergelarkan manakala acara hiburan peringatan<o:p></o:p><br />hari – hari besar<span style=""> </span>baik nasional maupun daerah, acara perkawinan dan<span style=""> </span>paska panen padi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style="color: rgb(204, 0, 0);">Kedua</span>, <span style=""> </span>fungsi Didaktis. Wayang Gung merupakan media strategis<span style=""> </span>untuk menyampaikan pesan – pesan yang bersifat edukatif<span style=""> </span>pada masyarakat Banjar. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style="color: rgb(204, 0, 0);">Ketiga</span>, <span style=""> </span>berfungsi Filosofis. Wayang Gung banyak memiliki ajaran-ajaran mistis dalam kehidupan manusia. Mistis ini bersifat filosofis yakni berhubungan keduniaan ( lahiriah ) dan mental spritual ( batiniah ). Orang menyaksikan pertunjukan Lakon<span style=""> </span>Wayang Gung<span style=""> </span>sebagai refleksi diri. Banyak falsafah <span style=""> </span>dan bahasa simbol hidup dan kehidupan yang dapat dipetik untuk kesadaran batin. Mitos ini diejawantahkan dalam hidup dan kehidupan sehari – hari.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style="color: rgb(204, 0, 0);">Keempat</span>, berfungsi Nazar. Pertunjukan Wayang Gung<span style=""> </span>atas permintaan seseorang <span style=""> </span>atas terkabulnya maksud atau rencana seseorang itu. Nazar ini harus dipenuhi, menurut kepercayaan masyakarat Banjar kalau tidak dipenuhi akan terjadi malapetaka bagi penazarnya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style="color: rgb(204, 0, 0);">Kelima,</span> berfungsi ritual ( magis ). Wayang Gung diselenggarakan untuk maksud mengusir penyakit atau pun<span style=""> </span>bencana. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style="color: rgb(153, 51, 0);">Dalam pergelaran Wayang Gung mempunyai bentuk empat struktur babakan. Babakan ini merupan inti struktur alur. Struktur babakan ini yaitu :</span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Pertama</span>, Mamucukani. Yaitu babakan tuturan permulaan kisah dalam bentuk sindin. dan dialog. Ada tiga dalang yang terdiri dari Dalang Sejati, Dalang Pangambar dan Dalang Utusan. Fungsi Dalang Pangambar dan Dalang Utusan adalah melengkapi tutur dari Dalang Sejati.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Kedua</span>, Sidang Jajar. Adalah babakan sidang<span style=""> </span>Kerajaan dari para satria kerajaan membahas suatu peristiwa yang berhubungan dengan masalah – masalah yang dihadapi kerajaan tersebut.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Ketiga</span>, Konflik. Dalam babakan ketiga ini perang atau pertempuran antara tokoh baik dengan tokoh jahat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style="color: rgb(0, 102, 0);">Keempat,</span> Bapacah. Adalah babakan antiklimak dari konflik. Biasanya dalam Wayang Gung<span style=""> </span>selalu disajikan happy Ending atau kemenangan dipihat kebaikan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Wayang Gung umumnya mengangkat cerita dari epos Ramayana tetapi ada juga menyajikan seperti tarian daerah atau dialog – dialog yang bersipat humor, dan memasukkan unsur<span style=""> </span>pesan – pesan lain yang bersifat carangan yang disesuaikan dengan suasana penonton.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Umumnya pelakon dari Wayang Gung merupakan pelakon yang khusus artinya setiap tokoh dilakonkan oleh pelakon tertentu. Misalnya tokoh Hanoman dilakonkan oleh seseorang yang benar – benar menggeluti dan menghayati perilaku atau karakter tokoh Hanoman. Begitu juga tokoh Dasamuka ( Rahwana )<span style=""> </span>dilakonkan oleh pelakon tertentu dan seterusnya. Tak jarang kelompok Wayang Gung mengambil pelakon dari<span style=""> </span>kelompok Wayang Gung yang lain karena pelakonnya berhalangan. Oleh karena itu<span style=""> </span>kelompok Wayang Gung yang terkenal karena kelompok ini banyak mempunyai pelakon yang khusus atau pelakon yang profisional.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><o:p> </o:p></span></p> <span style="" lang="IN">Kalau kita amati sejarah perjalanan Wayang Gung Banjar di<span style=""> </span>Kalimantan khususnya Kalimantan Selatan, sudah dua abad umurnya. Dengan usia yang panjang ini Wayang Gung telah memperkaya khasanah seni tradisional<span style=""> </span>di Kalimantan khususnya masyarakat Banjar Kalimantan Selatan. Maka Wayang Gung perlu diwariskan dengan generasi masa kini agar mereka tidak terserabut dari akar budaya nenek moyangnya.<span style=""> </span>Tampaknya, di era globalisasi ini nasibnya tak berbeda dengan Wayang Kulit Banjar yang kian hari kian dilupakan orang, pada gilirannya tak mustahil akan musnah ditelan zaman. Siapa yang bertanggung jawab ? ***</span>SMAN 1 BJMhttp://www.blogger.com/profile/08491573175672854321noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8013012056004825124.post-11681016014835651202010-02-27T22:20:00.000-08:002010-03-02T18:51:23.525-08:00AKANKAH WAYANG KULIT BANJAR BISA BERTAHAN HIDUP DI ERA GLOBALISASI INI ?<span style="" lang="IN">Pertunjukkan lakon wayang kulit telah menjalani proses hidup dari zaman ke zaman. <span style=""> </span><o:p></o:p></span> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Pada masa kejayaan Agama Hindu dan Budha, wayang kulit adalah santapan rohani bagi penganutnya yang dibawakan oleh para biku atau pun biksu yang berpusat di Candi Penataran di Jawa Timur. Cerita yang dibawakan adalah cerita Ramayana yang disusun oleh Walmiki dan Mahabharata yang disusun oleh Wiyasa.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Pada abad XVI , wayang kulit mengalami perubahan dan pembaharuan dalam segi makna dan sifatnya setelah Kesultanan Demak mengembangkan Agama Islam di tanah Jawa. Seorang<span style=""> </span>dari Wali Sanga yang bernama Sunan Kalijaga menghapus sifat magis wayang, karena wayang bukanlah gambaran wajah roh nenek moyang yang memiliki kekuatan magis, tetapi hanya merupakan gambaran wajah tokoh cerita. <span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Sunan Kalijaga tidak hanya mempergelarkan lakon – lakon Ramayana ataupun Mahabharata tetapi juga mempergelarkan cerita – cerita rakyat Jawa. Dan wayang yang berupa upacara keagamaan dan pemujaan Dewa dengan cara yang rapi ditinggalkan dan menciptakan wayang Punakawan ( Semar, Petruk, Gareng dan Bagong ) dengan dagelannya sehingga para penganut agama Hindu dan Budha yang menonton wayang Triwali itu merasa lebih tertarik dari pada wayang Hindu yang membawa cerita, monoton dan membosankan. Disamping itu, tokoh Darmakasuma mempunyai ajimat Kalimasada yang pada wayang Hindu tidak ada. Yang lebih menarik lagi, dalang Triwali menggubah cerita carangan, yaitu cerita di luar ‘pakem’.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Bagaimana wayang kulit di tanah Banjar ?<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Seiring masuknya agama Islam dan senibudaya dari Kerajaan Demak, setelah Raja Banjar Pangeran Suriansyah mengucapkan Duakalimahsahadat, di abad XVI itu, kesenian wayang kulit mulai diperkenalkan dan berkembang hidup di tanah Banjar. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Para dalang Banjar masih tetap sebagai pewaris Triwali, wayang kulit sebagai media da’wah agama Islam<span style=""> </span>dan dimana pagelaran wayang kulit merupakan penuntun berbuat kebaikan, kebenaran, keadilan, kejujuran, dan patriotisme.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Dalam perkembangan wayang kulit di tanah Banjar, ada pagelaran wayang kulit berupa ‘manyampir’ namun ‘sampir’ ini oleh dalang yang beragama Islam bukanlah ’haul’ atau memperingati para arwah nenek moyang<span style=""> </span>dengan segala sesajennya melainkan upacara selamatan<span style=""> </span>yakni menghaul nenek moyang dan ‘tulak bala’, dengan doa selamat dan doa arwah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Pertunjukkan wayang kulit sangat digemari oleh rakyat ( masyarakat ) Banjar. Jika ada acara hari besar baik nasional maupun daerah, acara perkawinan atau pun acara lainnya, pertunjukan wayang tak luput dari penonton yang berlimpah ruah. Penontonnya tentu saja beragam, orang – tua, dewasa, remaja bahkan anak – anak. Apalagi jika dalangnya ‘Tulur’ ( dari desa Barikin Kabupaten Hulu Sungai Tengah ) seorang dalang senior yang sangat terampil memainkan wayang dan menuturkan cerita. Seorang dalang yang konon dapat mengusir hujan manakala sedang berlangsung pertunjukkan wayang kulit. Setelah dalang Tulur meninggal, dalang ‘Utuh Aini ( dari Banjarmasin ) melanjutkan kehidupan wayang. Dalang Utuh Aini meninggal, dilanjutkan oleh dalang Rundi, Busrajuddin dan Pedalang lainnya.. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Namun tampaknya beberapa tahun ini kehidupan wayang kulit<span style=""> </span>Banjar semakin berkurang <span style=""> </span>penontonnya dan kekhawatiran matinya wayang Banjar sangat beralasan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Di era globalosasi ini, peradaban manusia semakin bergeser dari porosnya, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju. Maka apakah wayang kulit masih bertahan pada paradigma lama ?<span style=""> </span>Wayang kulit seyogyanyalah merubah sikap, meninggalkan paradigma lama itu, pandai mengikuti perkembangan zaman dan lebih lagi<span style=""> </span>berani bersaing dengan tayangan yang ada di TV atau pun di tempat pertunjukkan lainnya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Dalam hal ini, Pedalang itu sendiri harus inovatif. <span style=""> </span>Merenovasi seluruh keberadaan wayang kulit seperti belincongnya memakai lampu listrik, kelir yang berornamen indah dan selalu diganti kalau sudah kadaluarsa, sound systim yang memadai apalagi kalau bisa<span style=""> </span>yang canggih, dalang dan seluruh crew penabuh gamelannya berkostum seragam daerah Banjar. Dari sisi irama musik, agar tidak monoton, disamping lagu yang ada seperti lagu lasam sepuluh ( sebagai pembuka dari dalang ), lagu ayakan, lagu paparangan ancap dan paparangan alun, dan lagu liong<span style=""> </span>perlu mengaransir lagu lain sebagai pemerkaya irama musik<span style=""> </span>untuk<span style=""> </span>plot<span style=""> </span>atau suasana cerita. Perangkat gamelan selalu distim agar menghasilkan paduan musik yang harmonis. Perletakkan jejer wayang di atas gadang ( gedebuk ) benar – benar artistik. Dan tak kalah pentingnya selalu menciptakan cerita sesuai dengan tuntutan zaman namun tidak lepas dari pakemnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Umumnya pertunjukkan wayang adalah semalam suntuk. Tetapi ini perlu juga<span style=""> </span>kita petimbangkan. Seperti halnya pertunjukan teater teradisional “ Mamanda “. Pertunjukkan Mamanda <span style=""> </span>dapat menuntaskan cerita dalam durasi dua atau <span style=""> </span>tiga jam. Alhasil, setiap pertunjukkan Mamanda selalu berjobel penontonnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Nah, bagaimana pertunjukkan wayang ? <span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Ada beberapa solusi lain untuk kembali menggairahkan kehidupan wayang kulit Banjar. Tentu saja ini ada kaitannya dengan PEPADI Komda Tingkat I Kalimantan Selatan. PEPADI <span style=""> </span>perlu merancang program kerja dan melaksanakannya seperti sarasehan, seminar, diskusi tentang wayang Banjar atau bentuk lainnya. PEPADI sedini mungkin menyiapkan kader – kader Pedalang dan penabuh gamelan <span style=""> </span>baik tingkat anak – anak sampai tingkat dewasa seperti mengadakan work shop dalang<span style=""> </span>atau khusus<span style=""> </span>pelatihan menyindin dan teknik memainkan wayang dan berupaya memproduksi wayang.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Dan adanya kerja sama yang baik ( program terpadu ) antara Disparsenibud, Dewan Kesenian ( andai ada yang masih hidup ) dan PEPADI seperti menyelenggarakan Festival <span style=""> </span>pertunjukkan wayang kulit, lomba mendalang baik tingkat anak – anak sampai tingkat dewasa, lomba menyindin, lomba mengarang cerita wayang, dan mengadakan pagelaran wayang kulit pada acara perayaan misalnya hari besar nasional dan daerah. DPRD, Gubernur, Bupati dan Walikota sebagai fasilitator yang selalu memback up finansialnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN"><span style=""> </span>Disamping itu tak ketinggalan masyarakat Banjarnya. Masyarakat Banjar tetap menumbuhkan kepedulian dan kecintaan terhadap wayang sebab seni wayang adalah salah satu khasanah senibudaya daerahnya dan salah satu pusaka peninggalan ‘urang bahari’ nang harus kita partahanakan sampai kamati. Semoga.****** </span></p>SMAN 1 BJMhttp://www.blogger.com/profile/08491573175672854321noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8013012056004825124.post-17529937677423052472010-02-27T21:44:00.000-08:002010-03-02T18:49:27.150-08:00Teater Japin Carita<p>Japin Carita merupakan teater rakyat tradisional yang tumbuh dan berkembang di Kalimantan Selatan berasal dari pengembangan tari dan musik japin. Biasanya Japin Carita ini dibawakan untuk meramaikan malam pengantin dan hari besar Islam. Jenis Teater ini boleh dibilang hampir punah karena sudah sangat jarang dimainkan. Grup kesenian yang masih bisa memainkannya antara lain, Grup Teater Banjarmasin dan La Bastari Kandangan</p> <p>Pada tahun 1900, di Banjarmasin telah mengenal Japin Arab, yang ditarikan oleh suku Arab di perkampungan Arab. Japin Arab berpengaruh besar masyarakat sekitar, yakni Kampung Melayu, Kuin, Alalak, Sungai Miai, Antasan Kecil, Kalayan, Banyiur. Sampai dengan tahun 1960 di Banjarmasin lebih dari sepuluh orkes Japin lengkap dengan tari-tarian Japin yang langkah-langkahnya agak mirip dengan Japin Arab. Tahun 1961 di kampung Sungai Miai dipergelarkan Japin yang berisi tari Japin dilanjutkan dengan sebuah cerita. Pada tahun 1975 dari dari Tapin menyebutkan bahwa ditemukan Japin bercerita di Kampung Binuang Dalam. Informasi sebelumnya didapatkan pada tahun 1958 terdapat pergelaran Japin Bakisah di Margasari.</p> <p>Dengan demikian, Japin Carita muncul pada tahun 1958 dan tidak diketahui siapa pencetusnya. Yang jelas, bahwa Japin Carita adalah perkembangan dari Tari dan musik Japin pesisiran. Diperkirakan lahir di Banjarmasin karena pengaruh tonil/sandiwara dan komedi bangsawan kemudian berpengaruh pada masyarakat Badamuluk di Margasari.</p> <p style="text-align: center;"><a href="http://kerajaanbanjar.files.wordpress.com/2007/04/japin-carita.jpg" title="japin-carita.jpg"><img src="http://kerajaanbanjar.files.wordpress.com/2007/04/japin-carita.jpg" alt="japin-carita.jpg" /></a></p> <p><span id="more-139"></span></p> <p>Fungsi Japin Carita pada awalnya semata-mata hanyalah hiburan rakyat sama seperti kesenian khas Banjar lainnya. Pada perkembangannya berfungsi pula untuk perayaan kampung dan perayaan hari besar Islam. Pada masyarakat nelayan Banjar biasanya diadakan pada waktu tidak melaut.</p> <p>Perkembangan berikutnya, peranannya bertambah dengan masuknya unsur dakwah Islamiyah yang larut di dalamnya. Unsur tari sebagai permulaan dan di tengah pertunjukkan sebagai selingan. Tari Japin yang digelar menunjukkan gaya dan pengaruh Japin Arab. Dakwah sebagai unsurnya lebih menonjol dengan adanya adegan-adegan ceramah agama yang dramatis sehingga fungsinya sebagai sarana dakwah menjadikan Japin Carita semakin diminati masyarakat dan mempunyai wilayah publik yang baik.</p> <p><strong>Tempat Penyajian</strong></p> <p>Di lapangan atau di halaman sebuah rumah dibuat tempat bergelar seluas perkarangan, atau dengan ukuran yang cukup untuk tempat musik Japin dan untuk permainan. Biasanya tempat ini diberi hiasan janur yang dibentuk melingkar seperti pintu besar. Latar belakangnya terdiri dari kain yang disebut ‘dinding tambal’ dibuat dari kain perca yang warnanya kuning, hitam, dan merah. Kadang-kadang dibuat juga ‘lalangitan’ yakni bentuk atap pisang sesikat, gunanya agar cahaya lampu tetap terjaga, bahan yang digunakan biasanya ‘kajang’ terbuat dari daun nipah.</p> <p>Untuk alat pentas digunakan kursi biasa atau kotak kayu yang ditutupi kain. Biasanya setting yang demikian hanya satu buah untuk diduduki oleh peran yang terhormat. Posisi pemusik Japin berada di samping kanan panggung (setengah arena). Posisi penonton adalah berkeliling setengah lingkaran diberi garis batas.</p> <p><strong>Tari-Tarian</strong></p> <p>Gerak tari Japin pesisiran atau Japin Rantauan menjadi ciri khas Japin Carita. Gerak tari difungsikan oleh para pemain ketika memasuki arena permainan. Dan tari difungsikan secara utuh sebagai pembukaan, kalau ada penambahan tari dalam adegan dimasukkan tari Japin Rantauan, Japin Tiga Saudara, Japin Pengulu dan sebagainya.</p> <p><strong>Musik</strong></p> <p>Musik yang dipakai dalam teater Japin adalah musik Japin Pesisiran. Alat-alat yang ada dalam musik Japin tersebut adalah:</p> <ul><li>Gambus Bidawang</li><li>Biola</li><li>Harmonika Angin</li><li>Babun</li><li>Keprak</li><li>Tamborin</li><li>Agung (Gong) besar dan kecil</li></ul> <p><strong>Nyanyian</strong></p> <p>Nyanyian Japin selalu dinyanyikan untuk memanggil penonton sebelum teater dimulai. Nyanyian tersebut memiliki pantun berbahasa Banjar ada juga yang berbahasa Melayu. Nyanyian yang sering dipergunakan adalah :</p> <ul><li>Japin Kuala</li><li>Japin Sisit</li><li>Japin Tuan Haji</li><li>Japin Rantauan</li><li>Japin Tirik Kuala</li><li>Japin Tirik Pindahan</li><li>Japin Kilir-Kiliran</li></ul>SMAN 1 BJMhttp://www.blogger.com/profile/08491573175672854321noreply@blogger.com0